KGPAA Mangkunegara X: Tidak Menyesal Meninggalkan Dunia Lawyer untuk Menjadi Raja  

Ia masih muda. Usianya baru 24 tahun. Belum lama lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan baru memulai profesi sebagai lawyer, tapi ia harus pulang dan kembali ke Solo. Itu tidak lama setelah sang ayah, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX, mangkat pada 13 Agustus 2021.

Ia, Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, kembali ke Solo untuk menggantikan sang ayah menjadi Raja Mangkunegaran. Ia dinobatkan menjadi Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X. Hadir dalam penobatan di Pura Ageng Mangkunegaran ini Presiden RI Joko Widodo, tiga penguasa pewaris tahta Mataram lainnya yaitu Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan KGPAA. Paku Alam X.

Bhre ibarat pangeran yang gemar berburu di hutan tapi keadaan memaksanya harus masuk keraton dan duduk di singgasana. Ia meninggalkan dunia lawyer di Jakarta yang baru dijalaninya selama hampir tiga tahun. Bhre meninggalkan dunia di mana ketika dia baru memulai indahnya bekerja dalam satu tim, tantangan menghadapi klien, keluar dari rintangan kesulitan, dan harus menjadi penguasa tunggal di Mangkunegaran.

“Saya ketika itu berada di persimpangan antara menjadi lawyer atau kembali ke Solo. Karena perjalanan hidup dan berbagai macam kejadian akhirnya saya kembali ke Solo,” kata Bhre ketika menjadi salah satu narasumber fun talk show bertajuk “Hara Dipta” di Balai Sidang Universitas Indonesia, Kampus Depok, Sabtu (4/4).

Talk show yang diselenggarakan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Universitas Indonesia (Iluni Menwa UI) untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional ini mengusung tema, “Money or Passion? The Smartest, The Richest or The Hottest.”

Dikatakan oleh cucu (dari garis ibu) Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yogi Supardi yang merupakan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Jepang ke-10 (1987-1991) ini, panggilan untuk kembali ke Solo dan menjadi penguasa Mangkunegaran adalah kesempatan untuk melanjutkan kelangsungkan ‘kerajaan’ peninggalan ayah dan leluhurnya itu.

“Kebetulan ini peninggalan ayah dan leluhur saya di Solo, tentunya ada nilai sentimentalnya juga. Saya melihat ini satu kesempatan. Kesempatan ini tidak datang dua kali dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini. Tetap menjadi pilihan utama dalam hidup saya,” ujar saudara tiri Gusti Pangeran Harya Paundrakarna Jiwo Suryonegoro ini.

“Akhinya dengan pilhan itu saya kembali ke Solo dan meninggalkan karir di Jakarta. Tapi alhamdulillah sampai detik ini pilihan itu bukan sesuatu yang saya sesali. Sesuatu yang justru sangat saya syukuri walaupun masalah, dinamika dan tanggung jawabnya macam-macam,” kata penggemar fotografi yang lahir tahun 1997 ini.

Dalam forum itu KGPAA Mangkunegara X lantas menjelaskan prinsip hidupnya, “Saya selalu mengejar di hidup saya kata kuncinya selalu impact, dampak. Dampak apa yang bisa kita perbuat untuk orang lain, orang-orang di sekitar kita, skalanya sebesar apa, semakin besar tentu semakin baik,” ujarnya dalam sesi yang dipandu Corina D. Riantoputra, Guru Besar bidang Psikologi Kepemimpinan UI ini.

Pada awal menjadi Raja Mangkungaran banyak peristiwa yang berkesan baginya. Salah satunya ketika harus melayani wawancara dari media massa, sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelumnya.

“Berkembang ketidaknyamanan, kaget, berat, bicara dengan media. Satu bulan penuh Setelah dikukuhkan saya harus bicara dengan media, live, (saya merasa penampilan saya) sangat jelek namun lama-lama biasa. Tidak nyaman tapi untuk grow, untuk berkembang,” ujarnya di hadapan peserta fun talk show.(bud)

Array
Related posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup