LPPNU Bersama Unsoed Merancang Strategi Pemberdayaan Petani di Kecamatan Sumbang

BANYUMAS – Dalam upaya mendukung ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, Lembaga Perekonomian dan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) berkolaborasi dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk merancang strategi pemberdayaan petani di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.

Langkah ini bertujuan memberikan solusi terhadap tantangan yang dihadapi petani, serta mengoptimalkan potensi wilayah tersebut sebagai daerah pertanian yang strategis.

Ketua tim perancang strategi pemberdayaan petani NU Kecamatan Sumbang, Dr. Rahab, MSc (Dosen sekaligus peneliti dari Pasca Sarjana UNSOED), menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan bentuk sinergi antara akademisi dan lembaga sosial untuk secara bersama mewujudkan program ketahanan pangan di pedesaaan dengan menguatkan kemampuan petani.

“Petani adalah tulang punggung ketahanan pangan kita. Namun, mereka sering menghadapi berbagai kendala, mulai dari akses teknologi hingga keterbatasan pasar. Melalui program ini, kami ingin membantu mereka mengatasi masalah tersebut dengan pendekatan yang terstruktur dan berbasis kebutuhan lokal,” ujarnya.

Kecamatan Sumbang dikenal sebagai salah satu wilayah produktif di Kabupaten Banyumas yang banyak membudidayakan komoditas utama seperti padi dan jagung. Dengan luas lahan pertanian yang signifikan, wilayah ini memiliki kontribusi penting dalam mendukung kebutuhan pangan lokal. Namun, petani di sini tidak lepas dari tantangan, seperti keterbatasan akses permodalan, penggunaan teknologi yang kurang efisien, serta minimnya kemampuan dalam pengelolaan hasil panen dan pemasaran produk.

Di sisi lain, Menurut Bapak Narpun (Wakil Ketua LPPNU Kecamatan Sumbang) menyatakan bahwa keberadaan Nahdlatul Ulama sebagai lembaga sosial keagamaan di Kecamatan Sumbang menawarkan potensi besar sumberdaya manusia untuk mendukung pemberdayaan petani NU. Melalui LPPNU, NU memiliki jaringan yang terstruktur hingga tingkat desa, sehingga mampu menjangkau petani secara langsung dan mendampingi mereka dalam berbagai program pemberdayaan.

Kolaborasi antara LPPNU Kecamatan Sumbang dan Unsoed menghasilkan beberapa rumusan strategi pemberdayaan petani  yang dapat diimplementasikan di Kecamatan Sumbang. Strategi ini dirancang berdasarkan pada analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi petani setempat. Beberapa poin utama dari strategi tersebut meliputi:

  1. Peningkatan Kapasitas Petani melalui Pelatihan dan Pendampingan

Mengadakan pelatihan untuk memperkenalkan teknologi pertanian modern, termasuk pelatihan pertanian ramah lingkungan dan pembuatan demplot padi dengan sistem jajar legowo.

  1. Penguatan Akses Permodalan

Bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk memfasilitasi akses permodalan bagi petani NU, sehingga mereka dapat meningkatkan skala usaha tani.

  1. Kemitraan dalam Pemasaran Hasil Pertanian

Membangun kemitraan untuk memasarkan hasil pertanian, terutama tanaman pangan seperti jagung dan padi, agar petani mendapatkan harga yang layak.

  1. Inovasi Diversifikasi Produk Pertanian

Mengadakan pelatihan untuk inovasi dalam diversifikasi produk pertanian guna meningkatkan nilai tambah untuk komoditas padi dan jagung.

Dr. Rahab menambahkan, “Kami berharap, dengan strategi yang dirancang ini, petani di Kecamatan Sumbang tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga mendapatkan nilai tambah dari hasil pertanian mereka. Peran NU melalui LPPNU sangat strategis untuk menjangkau petani dan membangun semangat  yang kuat di masyarakat.”

Program ini mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat. Salah seorang petani NU di Kecamatan Sumbang, Pak Saminganhadi, mengungkapkan rasa optimisnya. “Kami merasa lebih diperhatikan. Selama ini, banyak dari kami yang bingung bagaimana menjual hasil panen dengan harga yang layak. Dari kegiatan ini kami berharap adanya solusi untuk peningkatan kesejahteraan kami para petani,” ujarnya penuh harap.

Kolaborasi antara LPPNU Kecamatan Sumbang dan Unsoed ini diharapkan menjadi model pemberdayaan petani yang dapat diadopsi di wilayah lain. Dengan pendekatan yang terencana, berbasis data, dan melibatkan elemen lokal, program ini tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan, tetapi juga pada kesejahteraan petani yang menjadi motor penggerak sektor pertanian. Program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara lembaga sosial, akademisi, dan masyarakat memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif menuju masa depan pertanian yang lebih baik.(*)

Array
Related posts
Tutup