Warga Muhammadiyah di Semarang Gelar Shalat Idul Adha 9 Juli 2022

SEMARANG, 9/7 (BeritaJateng.net) – Salah satu lokasi sebagai tempat digelar Shalat Idul Adha 1443 H ada di komplek SMP/ SMA Muhammadiyah 8 Kota Semarang. Berada di tengah lapangan komplek sekolah yang ada di Kecamatan Mijen, jamaah Sholat Idul Adha sudah berkumpul sejak pukul 05.00 WIB.

Di ikuti sekitar 2000 an jamaah Sholat Idul Adha, mayoritas warga Muhammadiyah dari sekitar komplek sekolah tersebut seperti warga Jatisari, Wonolopo dan Desa Mijen.

Jamaah dengan tertib menggelar sajadah yang beralaskan terpal, dengan jamaah pria ada di bagian depan dan perempuan ada di belakangnya.

Bertindak sebagai khatib dan imam adalah Ustad Drs Afif, shalat Idul Adha dimulai sekitar pukul 06.30 WIB.

Dalam khutbah usia shalat Idul Adha, Khatib menyampaikan pesan tentang sejarah keteladanan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.

Jika Ismail putra Ibrahim berasal dari Ibu Siti Hajar, yang merupakan ‘hadiah’ dari Raja Babilonia (Mesir).

Sedangkan Siti Sarah istri Ibrahim yang pertama memiliki putra nabi Ishaq. Dalam khutbah disampaikan bagaimana Nabi Ibrahim mampu mendidik kedua putranya meski dari dua ibu yang berbeda.

“Tak hanya mendidik menjadi anak yang cerdas tapi berbudi luhur secara emosional dan spiritual,” kata Ustad Afif.

Hal ini sejalan dengan kondisi saat ini jika anak-anak perlu diberi pendidikan tak hanya cerdas secara otak tapi juga mental dan spiritual.

Ia pun bercerita jika pernah membaca buku best seller seorang profesor yang berhasil mendidik tiga putranya sukses sekolah tinggi dan bekerja di luar negeri semua.

Buku itu menceritakan berbisnis properti secara sederhana dengan membeli rumah lalu dikontrakan, dan seterusnya hingga bisa menyekolahkan anak-anaknya sekolah keluar negeri.

“Bukunya best seller hingga sang profesor menjadi pembicara dibanyak tempat dan jadi teladan,” katanya.

Dalam perjalanannya keluarga sang profesor hidup makmur dan berkecukupan hingga anak mereka lulus dan bekerja juga di luar negeri pada perusahaan bonafit.

Namun, suatu waktu istri sang profesor sakit keras dan meminta anak-anaknya berkumpul karena ingin berwasiat.

“Namun tak ada satu pun anaknya yang datang karena alasan kesibukan dan faktor kedisiplinan tempat kerja, bahkan hanya berjumpa dengan sang ibu lewat Video vakk saja,” katanya.

Tibalah akhirnya Malaikat pencabut nyawa datang, tak ada satupun anaknya yang datang untuk pemakaman.

“Sang profesor menyesal, pendidikan tinggi tak menjamin anak memiliki kepekaan emosional, lalu ia menarik semua buku nya dari peredaran karena justru isinya tidak bermanfaat,” katanya.

“Didiklah anak tak hanya cerdas tapi juga punya empati yang tinggi,” pesannya.

Salah satu jamaah, Devi (22) yang ikut menunaikan sholat Idul Adha di komplek SMP SMA Muhammadiyah 8 Semarang mengaku sudah rutin ikut berjamaah.

“Rutin ikut sholat Idul Adha di sini, ada juga di SD Tambangan Mijen namun lebih dekat di sini dari lokasi dari rumah,” kata warga Perumahan BSB Jatisari Asri Mijen.

Devi datang sendiri bersama warga lainnya, sementara orang tua memilih untuk menggelar sholat Idul Adha pada Minggu 10 Juli 2022.

“Perbedaan hal yang wajar dan biasa soal kapan sholat Idul Adha, yang tidak wajar adalah yang enggak sholat Ied,” kata alumnus S2 Keperawatan UNIMUS ini. (Ak/El)

Leave a Reply