Kematian adalah awal dari kehidupan. Itulah yang dialami dan dijalani Siti Rochanah.
Siti Rochanah harus memulai fase kehidupan baru setelah suaminya, Darmadi, pegawai PT Perumka DAOP III Cirebon, meninggal dunia pada tahun 2001 di usia 53 tahun.
Ketika suami meninggal kedua anaknya baru masuk perguruan tinggi. Anak sulung semester awal kuliah di Universitas Katolik Soegijapranata, sedangkan si bungsu baru masuk di perguruan yang sama.
“Saya berpikir melakukan kegiatan untuk mencari tambahan mengingat anak sulung masih kuliah sementara yang bungsu baru masuk kuliah,” kata Siti Rochanah yang tinggal di Komplek Perumahan Kereta Api di Jalan Tawangsari, Kelurahan Tanjung Emas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang ini.
Memang Siti Rochanah menerima uang pensiun, tapi tidak seberapa karena tunjangan-tunjangan yang dulu diterima suami tidak ada lagi.
Kala itu Siti Rochanah punya keahlian sedikit membuat kue kering. Dulu pernah ikut kursus kue ke istri pimpinan suaminya. Siti Rochanah pun membuat kue kering. Modalnya dipinjami pemilik toko yang akan menjual kuenya. Siti Rochanah memberi nama usahanya Ananda Jaya Industri.
Kemudian tahun 2010 wanita kelahiran Semarang ini mendapatkan CSR Indonesia Power. Setelah itu ditawari untuk membuat usaha yang mengolah potensi lokal Semarang, yaitu ikan, apa pun jenis ikannya. Di pelatihan ini Siti bukan hanya dibimbing, namun juga dibiayai dan disuport alat.
Baru tahun 2012 dia betul-betul menekuni usaha dengan bahan baku ikan, meski tidak meninggalkan produk kuenya. Siti Rochanah memberi nama brand Iwak Nyuzz.


“Mulanya bandeng fresto dan ikan wader, kemudian merambah ke ikan seriding (Ambassis nalua) yang tidak mempunyai nilai ekonomis sama sekali. Sampai sekarang bahan bakunya ikan seriding dan udang,” katanya
Dalam perjalanan waktu Iwak Nyuzz diterima konsumen. Pasarnya semakin luas.
“Yang membawa saya ke dunia luar dan luas justru makanan olahan ini. Kebanggaan saya karena ini mengolah potensi lokal daerah Semarang yang tidak lain daerah saya sendiri,” ujar wanita berusia 63 tahun ini.
Pada tahun 2014 untuk pertama kalinya Siti Rochanah mengikuti pelatihan managemen dan online yang difasilitasi Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Provinsi Jawa Tengah. Sejak itu Siti Rochanah dengan Iwak Nyuzz -nya kerap mendapat undangan bimtek dan pameran yang difasilitasi Diskop UKM Prov. Jateng.
Bagi Siti Rochanah, dari sekian banyak pelatihan dari Diskop UKM Prov. Jateng, yang paling berkesan adalah bimtek dan magang ekspor yang diselenggarakan di Kabupaten Wonosobo. Bimtek berlangsung 10 hari.
“Pelatihan di Wonosobo bagi saya sangat berguna sekali. Karena pelatihan ekspor atau seminar ekspor kalau sehari dua hari ilmu atau pelajarannya tidak sampai. Itu (bimtek di Wonosobo) kita benar-benar diundang untuk belajar dari hulu sampai hilir. Diajarkan bagaimana menghitung. Yang mengisi memang pakarnya. Dia juga pelaku langsung. Kita juga dikenalkan buyer-buyer. Kita belajar business matching dan juga kurasi produk,” kata Siti Rochanah.
“Bukan hanya ilmu, tapi kita diajak keluar kotak, diajak ke Surabaya, diberi ruang pamer di Banjarnegara. Kita pemasarannya tidak hanya Kota Semarang, jadi kita lebih luas dan bebas. Masalahnya sekarang kembali ke UKM-nya, kita diberi peluang atau kesempatan, spot-spot yang bagus, tapi kalau kita tetap berada di situ terus dan tidak berkembang sayang,” ujarnya.
Sampai akhirnya Siti Rochanah diberitahu staf Diskop UKM Jateng kalau Iwak Nyuzz sudah naik kelas.
“Bagi saya naik kelas itu bukan sekadar produk dari curah ke kemasan lalu jadi bagus, selesai. Tidak. Bagi saya naik kelas adalah menjaga kualitas dan kuantitas. Naik kelas itu bagi saya mindset sebagai UKM harus berubah dan pelayanan purna harus luar biasa. Kalau kita bisa merambah menengah ke atas, kontinyu dan betul-betul menjaga itu baru naik kelas,” ujarnya.
Pastinya sebelum diberitahu UKM-nya naik kelas, Siti Rochanah merasa sudah ada perubahan di usahanya. Dia punya ilmu mulai dari produksi, pemasaran hingga public speaking ketika menghadapi konsumen, yang tidak dipunyai sebelumnya.
“Wawasan kita tambah luas, tambah melek dan kita jadi tahu posisi kita,” ujarnya.
Perubahan yang dialami pertama adalah pada kualitas. Diakui Siti Rochanah dia banyak belajar dari orang lain yang difasilitasi Diskop UKM Jateng.
“Kalau kita hanya belajar saja, tapi tidak mendengar dan tidak melihat, kurang banget. Karena ditemukan dan melihat kondisi sebenarnya,” ujarnya.
Siti Rochanah jadi tahu bagaimana mengolah produk sehingga expired-nya bisa lebih lama. Berkat pelatihan tersebut, expired Iwak Nyuzz yang semula 6, 8 bulan lalu 1 tahun bisa jadi 18 bulan. Persayaratan expired untuk ekspor minimal 1 tahun.
Kedua, soal managemen keuangan, Siti Rochanah sudah tidak lagi menggunakan manual, tapi sudah memanfaatkan aplikasi.
Ketiga, produksi, Siti Rochanah jadi tahun efisiensi dalam produksi. “Ternyata ada hitungan-hitungannya. Kita mengolahnya sekian jadinya sekian. Kapasitas produksi dulu 10 kg (menyusut) jadi 8 kg dan tambah tepung. Sekarang 10 kg hanya menjadi 5 kg, memang lebih ringan, otomatis untuk menjadi ringan kan tidak butuh minyak dan tahan lama, begitu juga tidak terlalu banyak pakai tepung,” ujarnya.
Keempat, berkat fasilitasi tersebut Siti Rochana jadi tahu regulasi untuk ekspor.
“Kami dipertemukan kepada expert eksportir di Surabaya. Dari situ kita belajar produk yang harus diekspor, termasuk regulasinya bagaimana. ‘Oh seperti ini ya, seperti ini ya. Oh ternyata saya harus belajar’, begitu,” ujarnya.
Iwak Nyuzz, baik crispy udang maupun seriding, dikemas paper pouch, berat 100 gr. Harga jual, udang crispy Rp35.000 per 100 gr, dan crispy seriding Rp22.000.
Berkat Iwak Nyuzz pula Siti Rochanah bisa bertatap muka langsung dengan Presiden Joko Widodo, pada HUT Taspen di Bogor, Januari 2019. Pada iven itu Siti Rochanah diundang untuk memamerkan produknya.
“Yang mempertemukan saya dengan Bapak Presiden adalah Bank BTPN pusat. Bapak Presiden cukup lama di stand saya, tanya-tanya. Bagi saya itu sangat berkesan,” ujarnya.
Pantang Menyerah Meski Jatuh Bangun
Perubahan usaha sejak naik kelas juga dialami Edi Waluyo, founder El Art, Tegal.
El Art adalah brand kriya logam upcycle yang berdiri 1 April 2020. Edi selaku founder konsisten dalam menciptakan produk berbahan limbah logam.
El Art yang merupakan singkatan dari inisial nama depan foundernya (E – Edi) dan (L – Logam) ini beralamat di Desa Harjasari RT 008, RW 003, Kec. Suradadi, Kab. Tegal.
Logam sebagai bahan untuk art atau seninya, memiliki sebuah visi utama yaitu menghasilkan dua output kebaikan. Pertama mengkreasikan limbah logam menjadi sebuah karya seni. Kedua, memberikan dampak sosial dengan pemanfaatan limbah.
Edi Waluyo pertama kali berjejaring dengan Diskop UKM Jateng pada tahun 2022. Ketika itu Edi dikontak langsung dari Diskop UKM Jateng. Di antaranya untuk mengikuti pameran di Purbalingga.
“Justru Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Tegal tidak tahu saya. Mungkin saya dihubungi langsung dari Diskop UKM Provinsi karena produk saya dinilai mempunyai potensi ekspor,” kata Edi.
Baru tahun 2023, tepatnya April, Edi mengikuti bimtek yang menjadi tonggak usahanya untuk merambah pasar luar negeri. Bimtek diadakan Diskop UKM Jateng di Salatiga, materinya tentang penetapan pangsa pasar ekspor. Bimtek berlangsung selama 5 hari.
“Dari bimtek itu saya baru tahu caranya menetapkan pangsa pasar, regulasi dan ijin serta menggunakan aplikasi e commerce tapi khusus untuk internasional yaitu Edsy. Saya melakukan ekspor secara mandiri dan retail,” katanya. Ditambahkan Edi, dari bimtek tersebut kemudian dilanjutkan kelas kecil tetap dengan mentor yang sama.
Dari situ Edi menerima pembelian dari United Kingdom (Inggris Raya) yaitu tiga pcs lampu piston. Pengiriman melalui EMS milik PT Pos Indonesia. Sejak itu, masih melalui aplikasi Etsy, datang pembelian dari Kanada, Saudi Arabia dan New Zealand.
Berhenti sampai di situ? Tidak. Sebab Diskop UKM Jateng memfasilitasi lagi kunjungan ke Bali, September 2023, bertemu pihak agregator ekspor yang mempunyai platform marketplace sendiri. Dari 30 orang pelaku UKM (kriya dan kuliner) Jateng yang mengikuti kunjungan ke Bali tersebut 7 orang di antaranya alumni bimtek ekspor Salatiga termasuk Edi.
Sebelum itu, bersamaan gelaran “Bursa Koperasi dan UKM 2023” di Banyumas, 12-14 Mei 2023, Edi bersama 7 UKM lain melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerjasama pemasaran produk ekspor dengan Ienatic.co dan disaksikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“MoU ini sepertinya untuk bukti keseriusan dan kesiapan kita melakukan ekspor,” kata Edi.
Selain ekspor, berkat dari Diskop UKM Jateng, Edi Waluyo mengakui adanya perubahan pada kualitas produknya, yaitu lebih premium.
“Selain kualitas produk lebih premium, juga responsif terhadap customer, pemasaran meningkat, keuangan lebih tertata antara keuangan pribadi dan usaha serta promosi semakin dimaksimalkan dengan penambahan budget untuk iklan,” katanya.


Saat ini produk Edi sebanyak 7 item (rotating gear clock, owl clock, lampu tidur, lampu piston, bearing clock dan asbak). Harga berkisar antara Rp300.000 sampai Rp2.000.000.
Edi mengawali usaha di bidang konveksi. “Sebelumnya saya memiliki usaha konveksi (fashion) di Tangerang Selatan, dari tahun 2013 sampai 2016, namun mengalami kebangkrutan,” ujarnya.
Pada tahum 2017 Edi merintis usaha kuliner, yaitu berjualan tahu aci khas Tegal yang akhirnya harus gulung tikar karena pandemi Covid-19 di awal 2020.
“Dari bulan Februari saya mulai belajar secara otodidak tentang pengelasan melalui YouTube hingga pada april 2020 saya mendirikan El Art sebagai jenama lokal yang membuat berbagai macam bentuk patung dengan media logam,” ujar pria kelahiran Tegal tahun 1988 ini.
Setahun berjalan ternyata pasar untuk seni murni di Indonesia kurang bagus, sehingga di pertengahan 2022 El Art mulai mengubah arah konsep bisnisnya dari pure art menjadi seni terapan membuat jam unik dengan sentuhan seni.
“Sebelumnya saya tidak memiliki pengalaman apapun di bidang mekanik. Inspirasi terbesar saya datang dari keprihatinan diri melihat banyaknya limbah logam yang tidak memiliki output maksimal dalam pengolahan,” kata bapak tiga orang anak ini.
“Selain itu limbah logam hanya dijual kiloan dengan harga murah hingga itu menginspirasi saya untuk memberikan output berbeda dengan mengkreasikan limbah tersebut menjadi sebuah karya seni yang tentunya memiliki nilai jual tinggi,” ujarnya.
Edi Waluyo yang mempunyai tiga orang karyawan ini mendesain sendiri produknya.
El Art pernah menjadi finalis AKI Kemenparekraf tahun 2022, juara 2 Ifca Kemenperin tahun 2022 dan Top 25 Regional pada peringkat ke 6 Djarum Superpreneur.
Saat ini omzet El Art rata-rata sebulan Rp30 sampai Rp35 juta.
Ditanya rencana ke depan, Edi Waluyo akan membidik korporasi BUMN maupun swasta untuk pangsa pasar yang lebih dominan ketimbang retail, development usaha dengan melakukan kolaborasi bersama beberapa UMKM dan ekspor.
Fasilitasi Naik Kelas
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, Eddy Sulistiyo Bramiyanto, SE, MM., mengatakan, jumlah UMKM yang telah dibina dan mendapatkan dukungan kegiatan per triwulan III tahun 2023 sebanyak 186.024 UMKM, dengan klasifikasi jenis usaha sektor produksi/non pertanian 69.173 UKM, perdagangan 66.945 UKM, sektor pertanian 28.452 UKM dan jasa (21.454 UKM).


Adapun jumlah keseluruhan berdasarkan pada hasil Susenas BPS Tahun 2016 sebanyak 4.174.210 unit yang terbagi atas usaha besar 3.358 unit, usaha menengah 39.125 unit, usaha kecil (354.884 unit dan usaha mikro 3.776.843 unit.
Ditanya bentuk fasilitasi untuk UKM naik kelas, Eddy Sulistiyo Bramiyanto mengatakan melalui beberapa strategi dan upaya yang dilakukan dengan pendekatan aspek peningkatan SDM, produksi dan pemasaran.
Pertama, pelatihan, bimtek, magang dan pendampingan peningkatan kualitas produksi, penetapan HPP pasar ekspor, negoisasi, strategi penetapan pangsa pasar, kemampuan bahasa asing, marketing online, kemasan dan lain-lain.


Kedua, fasilitasi Sertifikasi Produk Halal, Hak Merek, HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point); Ketiga, peningkatan kualitas, standar dan kontiyuitas produk; Keempat, kurasi produk jerjasama dengan KJRI, GPEI, buyer dan kontak bisnis/bisnis pitching; Kelima, pendampingan.
Terkait dengan ekspor produk UKM, Eddy Sulistiyo Bramiyanto, di antaranya menunjuk kerjasama antara UKM dengan Ienatic.co yang berlangsung bersamaan dengan ”Bursa KUMKM 2023” di Banyumas, 12-14 Mei 2023.(budi santoso)