BICARA pengusaha, pastilah di benak sebagian besar orang adalah sosok dengan penampilan yang rapi, celana dan baju disetrika dan sepatu mengkilat.
Tapi Irenaeus Pramantya Kusuma berbanding terbalik. Sepintas dilihat tentu orang tidak percaya kalau dia pengusaha.
Mengenakan kaos oblong hitam, celana pendek hitam, topi dan lengan bertato.
Senin lalu Pram (demikian sapaan akrabnya) sedang rapat dengan timnya, soal laporan keuangan, managemen dan lain-lain, tempatnya bukan di meeting room atau caffe yang sejuk, tapi di kedai kopi dan di bangku beton pas pinggir jalan.
Alumni Sastra Inggris Universitas Dipenegoro ini adalah pengusaha distro, barbershop dengan 10 gerai, pomade dan kini sedang merambah dunia event organizer bersama content creator Semarang. Pram juga seorang komika yang sudah punya nama.
Barbershopnya terkenal dengan nama Wani Klimis.
Pria kelahiran Yogyakarta tapi besar di Semarang ini mulanya karyawan salah satu BPR di Semarang sebagai CS dan teller, lalu lanjut ke perusahaan asuransi sebagai konsultan.
“Di masa transisi dari BPR ke konsultan itu saya mendirikan Wani Klimis, tahun 2014,” katanya.


Wani Klimis sebelumnya menjadi brand distronya, selain Rockahell.
Pada tahun 2014 Pram membuka satu gerai di Jl. Singosari, Semarang. Di tahun kedua beranak pinak menjadi 4 gerai.
Diakui Pram, berkembangnya barbershopnya pada awal-awal berdiri diuntungkan oleh dua hal. Pertama, tahun 2014 Semarang sedang booming barbershop. Kedua, fenomena skena (sua, cengkerama, kelana) punk rock di Semarang, yang masih berhubungan dengan distro dan Rockahell-nya.
“Saya membuka barbershop dengan konsep baru sehingga membuat orang penasaran,” katanya.
Pram membidik segmen anak-anak muda atau skena yang bertebaran di Semarang. Style rambut klimis.
“Kami besar karena mereka,” ujar pemilik CV Pram Glory ini.
Di awal berdiri, Barbershop Wani Klimis selama 2 tahun memasang tarif Rp10.000 per kepala. Sehari bisa sampai 100 kepala dengan tiga chapter (tukang cukur).
Saat ini Wani Klimis sudah mempunyai 10 gerai di Semarang.
Gerai Wani Klimis di antaranya di Jl. Sendangguwo Raya RT06 RW09, Jl. Grafika Raya Banyumanik, Jl. Arya Mukti Timur 8/432 (buka 24 jam), Jl. Ketileng Raya 20E, Jl. KH Tohir Pedurungan Lor, Jl. Singorojo Boja, Jl. Jatijajar Pucang Gading, Bamz Clove Barber dan Jl. Soekarno Hatta 236.
Kini Pram membuka kemitraan (bussines oportunity) Wani Klimis Barbershop model franchise dengan sistem initial fee dan royalty fee.
“Rp 25 juta initisal fee bayar di awal untuk kontrak dua tahun ke depan. Alat dari mitra. Royalti 15% dari omzet per bulan ke Wani Klimis,” kata Pram.
Dari kerjasama ini mitra menggunakan branding Wani Klimis, SDM dan sistem managemen serta promo melalui IG yang pengikutnya mencapai ribuan.
Sebelumnya initial fee Rp5 juta kemudian naik menjadi Rp10 juta, sekarang Rp25 juta.
“Kenapa Rp25 juta dari sebelumnya Rp5 dan 10 juta, yaitu untuk memfilter teman-teman yang menganggap bisnis ini gampang. Setelah jalan mereka lepas. Jadi benar-benar bagi mereka yang serius,” kata Pram.
Setelah dua tahun, harapan Pram, mitra bisa membuka dan mengembangkan dengan brand sendiri atau tetap lanjut dengan Wani Klimis.
“Tujuannya ayo belajar bikin barbershop, belajar pengembangannya, ilmu-ilmunnya, strateginya hingga nanti bisa berdiri sendiri. Kalau tetap memakai Wani Klimis repot, karena saya akhirnya mempunyai kerja sama yang panjang, saya juga tidak tahu masalah-masalah apa yang akan timbul nanti,” ujar pria kelahiran 1988 ini.
Prospek barbershop dengan segmen anak muda atau skena boleh dibilang menjanjikan. Setidaknya setiap hari bisa mencukur minimal 10 kepala, dengan tarif antara Rp15.000, Rp20.000 hingga Rp25.000.
Bulan Ramadan hingga Lebaran konsumen melonjak.
Modal yang dibutuhkan untuk kemitraan Wani Klimis Barbershop mencapai Rp50 hingga Rp70 juta. Modal ini untuk sewa kios (cukup 2×2 meter) setidaknya dua tahun dan alat serta initial fee. Modal akan lebih ringan kalau mitra sudah mempunyai tempat sendiri.
Modal ada dan SDM ada, tapi belum tentu bisa langsung buka barbershop. Tempat menjadi faktor penentu utama.
“Saya wajib survei tempat. Meskipun sudah punya tempat sendiri tapi kalau saya bilang tidak prospek ya jangan. Kalau ngeyel silakan,” kata pria yang sewaktu kecil bercita-cita menjadi dokter dan guru olah raga ini.
Survei calon tempat tidak sehari dua hari tapi bisa dua bulan.
“Survei bisa sebulan hingga dua bulan. Saya bisa nongkrong pagi dan sore, ngitung orang lewat, menghitung cowok, termasuk dekat sekolah atau kampus,” ujar bapak dua orang anak ini.
Dengan investasi tersebut mitra akan mendapat bimbingan dan pelatihan usaha, mendapat satu tenaga kerja dan pengawasan serta evaluasi bisnis secara penuh selama kontrak berlangsung.
Pram memproyeksikan mitra bisa meraup omzet minimal sekitar Rp 9 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya operasional, yang kalau ditotal mencapai Rp 4,75 juta, maka mitra bisa menadaptkan laba Rp 4,25 juta/bulan
Mitra usaha bisa balik modal dalam tempo antara tujuh bulan hingga satu tahun.
Saat ini Pram membawahi 12 orang karyawan terdiri atas tukang cukur, senior barber dan admin.
Tukang cukur selain mendapat gaji bulanan juga bagi hasil plus bonus, sedangkan karyawan baru menerima bagi hasil per kepala 30 sampai 40%.
Bagaimana kalau mitra ingin menjadi tukang cukup sendiri?
“Kalau kepingin nyukur sendiri bonus dari kita berupa free kursus untuk 1 orang, terserah, owner atau orang kepercayaannya. Idealnya yang puinya bisa belajar atau tahu seluk beluk tentang percukuran,” katanya.
Selain paket kemitraan, Wani Klimis juga membuka kursus cukur. Biaya per paket Rp3,5 juta untuk 12 kali pertemuan.
“Dari 12 kali pertemuan 11 kalinya cukur terus setiap hari. Sekali pertemuan 3 jam tidak putus, harus stay. Tempatnya pindah-pindah. Pertama kali dengan saya, praktek setiap hari dengan senior barber,” ujarnya.
Wani Klimis mempunya modul pembelajaran dan kurikulum sendiri. Diharapkan Setelah lulus peserta kursus bisa menguasai semua model rambut yang trend di kalangan anak muda.
Peserta kursus yang sudah lulus dan membuka usaha sendiri sudah cukup banyak. Mereka mulai dari lulus sekolah, kuliah sambil nyambi, pekerja aktif dan pensiunan.(res)