Bulan Ramadhan: Ekses Konstruktif bagi Penyucian Jiwa

Penulis: Ustadz Triyoga AK,S.Ag

Landasan dasar bagi ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah sabda Rasulullah saw: “Man fariha bi dukhuuli ramadhan, haramallahu jasadahu ‘alan niraan,” (Barang siapa gembira dengan datangnya/masuknya bulan suci ramadhan, maka Allah haramkan jasadnya dari api neraka).

Boleh dibilang bahwa landasan itu merupakan garansi yang sangat mahal, bahwa jasad kita tidak akan disentuh oleh api neraka. Bukankah itu merupakan dambaan hampir semua manusia, kecuali orang yang tidak beriman kepada Allah, hari akhir dan adzab neraka?

Jika ditelaah lebih mendalam, apa yang disabdakan oleh Rasulullah tersebut sebenarnya terkandung maksud bahwa barang siapa gemar menyucikan jiwa di sepanjang hidupnya, maka mustahil dia akan masuk neraka. Jiwa yang bersih berhak berada di surga. Jiwa yang kotor layak menempati neraka. Sebab itu, kata gembira dalam hadits tersebut berkonotasi gembira dengan pekerjaan penyucian jiwa.

Ustadz Triyoga AK,S.Ag.

 

Mengapa bulan Ramadhan? Jelas sekali bahwa Ramadhan secara esensial merupakan salah satu wasilah yang tinggi kedudukannya dalam hal penyucian jiwa itu. Nah langkah awalnya dimulai dari pengekangan syahwat yang bersumber dari dua hal yaitu perut dan kemaluan. Dua hal ini memang acap menjadi biang kerok atas segala bentuk kedzaliman yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.

Mau tidak mau, upaya pengekangan syahwat terhadap perut dan kemaluan itu harus dimulai dari kerja keras melatih kesabaran. Karena itu Rasulullah tegaskan dalam sabda lainnya: “Ash shaumu nishfush Shabri,” (Puasa itu adalah separo dari kesabaran).

Implikasi dari kesabaran itu variatif. Bisa jadi seseorang harus sabar dalam menahan keinginan konsumtif yang mubadzir. Bisa juga dia harus sabar dalam mengekang nafsu birahi yang bergelora. Sangat mungkin dia harus sabar untuk tidak mengumbar perkataan sia-sia dan kotor. Bahkan bisa jadi dia juga harus sabar dalam menghadapi getirnya hidup dengan datangnya ujian yang bertubi-tubi. Tidak kalah pentingnya, dia kadang juga harus sabar untuk menahan hasad dan penyakit hati lainnya, sabar dalam menahan amarah, sabar ketika mendapat perlakuan dzalim dari orang lain, dan lain-lainnya.

Dengan latihan kesabaran ekstra keras di bulan Ramadhan, maka diharapkan bahwa jiwa-jiwa yang selama ini labil, hancur dan luluh lantah akibat efek destruktif ketamakan dunia kembali kepada basic nya sebagai jiwa-jiwa bersih yang merindukan kedekatan dengan sang Khaliq, yaitu Allahu Rabbal ‘Alamin.

Dalam QS Asy-Syam, Allah tegaskan tentang pentingnya menyucikan jiwa itu: “Qad aflaha man zakkaaha, wa qad khaaba man dassaahaa,” (Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya).

Dalam konotasi yang implementatif, firman Allah tersebut juga bermakna bahwa sungguh beruntung orang yang mampu memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai ajang untuk penyucian jiwa. Sebaliknya, sungguh merugi orang yang menjadikan bulan Ramadhan justru untuk mengotori jiwanya. Bukan cuma menyia-nyiakan pahala, namun justru mengisinya dengan perilaku maksiat dan kedzaliman.

Jadi jelas bahwa yang dimaksud orang yang gembira dengan masuknya bulan Ramadhan adalah orang yang sungguh-sungguh gembira dengan adanya kesempatan besar untuk membersihkan jiwanya di bulan Ramadhan. Baginya, Ramadhan adalah sebuah peluang emas. Namun ini hanya bisa dilihat dengan kaca mata keimanan. Karena itu tidak banyak yang mengetahuinya.

Seandainya peluang itu bisa dilihat dengan mata biasa, maka yang terjadi adalah seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw: “Seandainya umatku tahu apa-apa kandungan yang ada di dalam bulan Ramadhan, maka mereka akan meminta agar seluruh bulan yang jumlahnya 12 dalam setahun untuk seluruhnya dijadikan bulan Ramadhan.”

Sedemikian “emas”nya bulan Ramadhan hingga Rasulullah menunjukkan sinyal keutamaannya. Pertama, bahwa di bulan Ramadhan: “Fa innal hasanata mudha’afah,” (semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya). Jika di bulan selain Ramadhan, satu kebaikan mungkin hanya berbalas 10 kali lipat pahalanya, maka di bulan Ramadhan bisa berlipat sampai 70 bahkan 700 kali lipat.

Keutamaan kedua: “Kullu dzanbin maghfurah,” (Semua dosa diampuni). Inilah mengapa Ramadhan juga disebut sebagai bulan maghfirah (pengampunan). Ramadhan sendiri artinya adalah pembakaran, yang maknanya adalah pembakaran atas dosa-dosa.

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan dasar iman dan perhitungan mendapatkan ridla Allah SWT, maka diampuni baginya dosa-dosa dari dosa-dosa yang telah lalu.”

Keutamaan ketiga: “Kullu du’aa’in mustajabah” (Semua doa diijabah). Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang (rahmat) Allah yang sangat luas. Karena itu bulan Ramadhan juga disebut bulan Rahmat. Artinya, Allah sengaja bentangkan tangan-Nya lebar-lebar di bulan ini bagi hamba-hamba yang fokus dan istiqamah di dalam munajat, ibadah dan tidak gentar mengarungi lautan kesabaran.

Keutamaan keempat: “Al-jannatu mustaqah,” (dan surga merindukannya). Inilah ending dari semua suka duka dalam proses penyucian jiwa itu. Jika semua kebaikan dilipat gandakan pahalanya, maka sudah pasti seorang hamba akan bergelimang pahala. Jika semua dosanya diampuni, maka jiwanya akan bersih tanpa noda sedikitpun. Jika doa-doanya diijabah, maka harapan untuk berjumpa dengan Allah dengan penuh keridha’an-Nya terbuka lebar. Jika sudah demikian, maka step berikutnya adalah dia menjadi sosok yang sangat dirindukan oleh surga.

Surga itu sangat luas, seluas langit dan bumi. Dia sangat spesial diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa (u’iddat Lil muttaqin). Orang yang bertaqwa adalah orang yang bersih jiwanya. Kebersihan Itu adalah cermin dari rasa takutnya kepada Allah, yang berimbas kepada gairahnya dalam ibadah dan nilai keikhlasan yang tersemat di qalbunya.

Nah, puasa di bulan Ramadhan adalah wasilah untuk menyucikan jiwa, yang berarti merupakan proses menuju ke arah taqwa itu (la’al lakum tattaqun). Maka sekali lagi penulis katakan, sungguh beruntung orang yang gembira dengan tibanya bulan Ramadhan, yaitu orang yang sungguh-sungguh dalam proses penyucian jiwa demi untuk menggapai derajat taqwa yang sebenarnya.

Wallahu a’lam bish showab

 

Ustadz Triyoga AK, S.Ag., adalah pimpinan Majlis Taklim Hubban Lil Iman, Cilangkap, Kota Depok, Jawa Barat. Majlis ini mengusung jargon: Mengisi Hati dengan Dzikir dan Thalabul Ilmi dan  misi: Amar ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan menghindari kemungkaran). Aktivitas:

  1. Pengajian rutin setiap Rabu malam Kamis (dzikir sadzili dan kajian ilmu agama)
  2. Pemberian santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa
  3. Menggelar tabligh akbar di setiap momen hari besar Islam
  4. Pembiayaan pendidikan kepada anak kurang mampu dan anak yatim ke sekolah berbasis Islam seperti pesantren
  5. Rencana ke depan, memberangkatkan para guru ngaji dan marbot masjid ke tanah suci (haji dan umroh)

Informasi:  (WA)  081219201911

Channel YouTube: Hubban TV

Array
Related posts
Tutup