SOLO, 29/10 (beritajateng.net) – DPRD Jateng meminta pemerintah daerah melakukan pendataan desa yang belum memiliki jaringan internet. Pemerintah juga diminta menetapkan target pengadaan jaringan internet di desa dalam jangka waktu tertentu.
“Saya mengimbau eksekutif terjun. Tak semua desa memiliki jaringan internet, Diskominfo perlu mendata semua dan secara bertahap perlu ada target pemasangan jaringan internet di desa,” kata Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri dalam dialog Aspirasi Jawa Tengah “Digitalisasi Desa di Jawa Tengah” di Studio TATV Solo, belum lama ini.
Quatly mencatat masih banyak desa di Jateng yang belum memiliki akses internet. Di Kabupaten Klaten misalnya, dari 401 desa/kelurahan, tak sampai 40 persen desa yang punya akses internet. Kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama.
Dia menambahkan, penerapan digitalisasi memiliki dampak yang luas, terutama di bidang perekonomian. Hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. DPRD Jateng juga siap memberikan dukungan anggaran agar akses internet merata dan warga semakin pintar.
Dikatakan Quatly, kendala lain dalam penerapan digitalisasi adalah persoalan sumber daya manusia (SDM). Dia berharap para perangkat desa dan masyarakat desa melek teknologi sehingga bisa memanfaatkan digitalisasi. Jika perlu pemerintah memberikan pelatihan bagi perangkat desa.
“Selain infrastuktur, harus ada sosialisasi dan pelatihan karena belum semua masyarakat punya kesadaran akan manfaat teknologi,” ujarnya dalam dialog yang dipandu Host Nurkholis dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Digitalisasi, lanjut Quatly bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di pedesaan. Selain itu, promosi desa wisata juga akan lebih efektif jika dilakukan secara online.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah UIN Salatiga Mukti Ali mengatakan, desa memiliki karakter masyarakat yang unik. Dia menilai internet menjadi sebuah budaya merupakan hak setiap warga. “Secara psikologis masyarakat harus dibangun karakternya, jangan lantas merasa sebagai masyarakat desa tidak mau mengenal digitalisasi,” ungkapnya. (*)
editor: ricky fitriyanto