SOLO, 27/4 (beritajateng.net) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng akan mengoptimalkan layanan puskesmas 24 jam selama masa mudik dan balik Lebaran. Bahkan puskesmas di sepanjang jalur pantura diminta menyiagakan ambulans serta tenaga kesehatan untuk penanganan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Jateng dr AA Agung Sri Nika Purniawati mengatakan saat ini sudah dibuka 13 posko guna memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat maupun pemudik.
“Layanan puskesmas siaga 24 jam, akan difokuskan pada puskesmas yang berada di tepi jalan raya atau jalan alternatif. Selain itu, puskesmas jaga juga melayani rawat inap,” katanya saat menjadi narasumber dialog Aspirasi Jateng “Mudik Asyik Tanpa Covid” di studio TATV Solo, Selasa (26/4/2022) malam.
Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri menyatakan, dibutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah pun patut siaga, mengingat sesuai prediksi jumlah pemudik mencapai 20 jutaan orang.
Selain penyiagaan personel tenaga kesehatan, dia meminta pemerintah tak kecolongan dalam penanganan Covid-19. Dia mewanti-wanti supaya sosialisasi 5M terutama di tempat-tempat keramaian serta rest area terus digencarkan.
“Tempat-tempat yang berpotensi memunculkan keramaian supaya digalakkan protokol kesehatan. Di rest area, pemerintah meminta pemudik untuk tidak berkerumun, rajin cuci tangan, tetap memakai masker, jaga jarak,” ucapnya dalam acara yang dipandu Host Bona Ventura Sulistiana dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.
Sementara itu, dosen Fakultas Kedokteran UNS dr Andri Putrantro menilai pemerintah sedang melakukan gambling saat mengizinkan mudik. Karena itulah ia berharap pada pemerintah agar pemantauan serta sosialisasi protokol kesehatan untuk gencar dilakukan.
Sri Nika selanjutnya menegaskan ada tiga hal yang menjadi dasar kehati-hatian yang harus dipahami masyarakat. Sesuai arahan dari Kementerian Kesehatan, pertama, kegiatan silaturahmi saat Idul Fitri nanti, banyak melibatkan interaksi dengan kelompok rentan. Seperti kelompok lansia, anak-anak, dan penderita komorbid. Kedua, risiko lebih besar untuk terpapar virus bagi masyarakat setelah perjalanan jauh, serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Ketiga, keberadaan kasus tanpa gejala akan menjadi sumber penularan. (*)