SEMARANG, 15/12 (beritajateng.net) – Kaum perempuan punya peran sentral dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan. Meski lebih banyak berkecimpung di sektor informal, kaum hawa menjadi motor penggerak jutaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia.
Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto mengatakan, jika dilihat data yang ada, sekitar 60 persen UMKM yang ada di Indonesia dikelola oleh perempuan. Selain menjadi pemilik UMKM, tenaga kerja produksi di UMKM tersebut banyak diisi perempuan. Karena itu, peran kaum perempuan dalam perekonomian tak bsia dianggap remeh.
“Sebagian besar UMKM memang masuk kategori mikro, tetapi karena jumlahnya sangat banyak, perputaran uangnya juga besar. Kaum perempuan ini juga banyak bergerak di bagian produksi UMKM karena dikenal teliti dan pekerjaannya rapi,” ujar pria yang akrab disapa Bambang Kribo ini, Kamis (15/12/2022).
Menurut dia, perempuan sejak lama dikenal sebagai sosok yang multi talenta. Selain sebagai istri dan ibu, perempuan juga mengurus rumah tangga, menjadi guru bagi anak-anaknya, menjadi koki di rumah, serta menjadi “menteri keuangan” yang mengatur keuangan keluarga. Selain itu, banyak ditemui perempuan juga bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Jika di kondisi tertentu kondisi finansial keluarga tak mencukupi, kaum perempuan ini pasti tergerak tanpa diminta untuk membantu memenuhinya.
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, sektor UMKM yang banyak digerakkan perempuan menjadi bidang usaha yang tahan dari berbagai macam krisis, termasuk pandemi Covid-19. Di saat banyak perusahaan-perusahaan besar banyak yang kolaps, UMKM ini mampu bertahan. Bahkan ada yang justru omsetnya meningkat saat pandemi karena banting setir ke penjualan secara digital.
“Para pelaku UMKM mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang tidak stabil karena dalam pengelolaannya tak membutuhkan banyak orang dibanding perusahaan besar yang karyawannya banyak. Selain itu costnya juga sedikit,” ujarnya.
Dikatakannya, UMKM dan industri kreatif memiliki prospek pengembangan yang menguntungkan, terutama untuk industri rumah tangga yang tidak memerlukan dana besar. Dia mencontohkan, UMKM di Kabupaten Semarang didominasi produk makanan. Selain itu, ada juga berbagai produk kerajinan. Diantaranya yang dibuat dari bahan enceng gondok.
Jumlah UMKM di Kabupaten Semarang sendiri mencapai sekitar 84 ribu. Sebagian besar dari pelaku UMKM tersebut cukup terpukul dengan dampak pandemi Covid-19 lalu. Kini, para pelaku UMKM masih dalam tahap recovery dari dampak pandemi Covid-19.
Bambang Kribo menyarankan pelaku UMKM mencari modal dengan memanfaatkan pinjaman lunak dari perbankan atau koperasi. Tentu dengan memenuhi sejumlah persyaratan yang ditentukan. Hanya saja, saat hendak mencari pinjaman, mereka kerap terkendala tidak adanya agunan, terutama bagi perempuan yang menjadi pengelola UMKM.
“Pihak perbankan sering memandang perempuan kurang punya kredibilitas. Umumnya jaminan yang bisa dijadikan syarat meminjam masih atas nama suami,” katanya.
Dia berharap pemerintah lebih intensif memberikan pendampingan bagi para pelaku UMKM. Diantaranya dengan memberikan pelatihan pembuatan kemasan hingga menggelar pameran untuk mempertemukan para pelaku UMKM dengan buyer.
Selain itu, para pelaku UMKM didorong memanfaatkan pemasaran secara digital agar usahanya bisa tambah berkembang dan maju. Sebab, media sosial bisa digunakan sebagai sarana pemasaran produk secara online.
“Saat ini hampir semua orang memiliki ponsel. Sarana tersebut bisa dimanfaatkan masyarakat untuk belajar dan menjalankan usaha. Lebih dari itu, kecanggihan teknologi bisa dimanfaatkan untuk pemasaran sehingga jangkauannya semakin luas,” jelasnya. (adv)
editor: ricky fitriyanto