SALATIGA, 12/12 (beritajateng.net) – Kaum perempuan memiliki peran penting dalam menopang ekonomi masyarakat. Data menunjukkan dari puluhan juta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia, sebanyak 60 persennya dikelola oleh perempuan. Tak hanya sebagai pengelola, tenaga kerja yang menggerakkan UMKM juga banyak diisi perempuan. Selain itu, perempuan juga banyak yang bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Hal tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion “Peran Perempuan sebagai Penopang Ekonomi Masyarakat” yang digelar di Mini Theatre Bung Karno, DPRD Kota Salatiga, Sabtu (3/12/2022). Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto yang hadir secara virtual mengatakan, perempuan sejak lama dikenal sebagai sosok yang multi talenta. Selain sebagai istri dan ibu, perempuan juga mengurus rumah tangga, menjadi guru bagi anak-anaknya, menjadi koki di rumah, serta menjadi “menteri keuangan” yang mengatur keuangan keluarga.


“Banyak ditemui perempuan juga bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Jika di kondisi tertentu kondisi finansial keluarga tak mencukupi, kaum perempuan ini pasti tergerak tanpa diminta untuk membantu memenuhinya,” ujarnya.
Dia menambahkan, sektor UMKM yang banyak digerakkan perempuan menjadi bidang usaha yang tahan dari berbagai macam krisis, termasuk pandemi Covid-19. “UMKM ini meski sebagian besar masih berskala mikro, tapi jumlahnya banyak sekali dan karena itulah perputaran uangnya menjadi besar,” katanya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.
Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit mengatakan, kaum perempuan memiliki posisi penting dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan. Hal ini tidak terlepas dari sifat industri kreatif yang memiliki prospek pengembangan yang menguntungkan terutama industri rumah tangga yang tidak memerlukan dana besar.
“Sedikit flashback saat pandemi lalu, banyak sektor informal yang terdampak. Namun saat itu banyak kaum perempuan yang langsung banting setir dari usaha konvensional menjadi pemasarannya secara online,” ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut.
Dance mencontohkan di Salatiga UMKM didominasi produk kuliner dan sebagian besar penggeraknya dari kaum perempuan. Karena banyaknya kuliner legenda tersebut, Salatiga diusulkan sebagai kota gastronomi dunia.
Dia menambahkan, Pemkab Salatiga juga memberikan dukungan modal kepada UMKM melalui program KURDA dari Bank Salatiga. “Bunganya 0 persen karena kami subsidi, tapi prosedur perbankannya tetap harus dilakukan,” tandasnya.
Ketua Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Kota Salatiga, Hidayah mengakui kaum perempuan lebih banyak bergerak di sektor informal daripada sektor formal. Hal ini disebabkan beberapa hal. Diantaranya perempuan masih dibebankan persoalan domestik di rumah tangga. Ketika perempuan bekerja, mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, hingga mengasuh anak. Karena itu, perlu ada dorongan agar beban ganda perempuan tersebut tak lagi jadi persoalan.
“Dalam keluarga harus ada kesepakatan agar peran domestik bisa dikerjakan bersama sehingga tak menjadi beban untuk meningkatkan produktivitas,” paparnya.
Hidayah mengungkapkan, sebagai pelaku UMKM, perempuan juga kerap kesulitan mendapatkan akses permodalan. Sebab pihak pemberi modal atau perbankan memandang perempuan kurang punya kredibilitas.
“Umumnya jaminan yang bisa dijadikan syarat meminjam masih atas nama suami. Seharusnya sertifikat tanah atau BPKB bisa saja dimiliki perempuan,” ujarnya.
Sementara Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Kota Salatiga, Kartika Tjahja Ningsih mengungkapkan, saat pandemi lalu banyak perempuan yang berupaya agar dapur tetap ngebul meski ekonomi keluarga terdampak.
“Ibu-ibu ini tanpa disuruh akan melakukan hal yang menunjang perekonomian,” ungkapnya.
Pihaknya sendiri terus melakukan fasilitasi bagi UMKM dalam bentuk pameran, pelatihan, maupun kelas untuk meningkatkan skill wirausaha
“Secara kontinyu ada pelatihan dan akan selalu dipantau perkembangan usahanya. Kami fokus mendampingin penjual kebaya, penjahit, dan pembuat aksesoris yang mendukung kebaya,” paparnya. (adv)
editor: ricky fitriyanto