SEMARANG, 12/11 (beritajateng.net) – Datangnya musim penghujan membuat potensi bencana meningkat. Terlebih di wilayah Kabupaten Semarang yang topografinya banyak terdiri dari pegunungan dan perbukitan. Masyarakat diminta selalu mewaspadai potensi bencana, termasuk di wilayah perbukitan. Meskipun saat ini deteksi dini telah dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), namun kewaspadaan masyarakat tetap menjadi yang utama guna menghindari timbulnya korban.
Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto mengatakan, kerawanan bencana selalu meningkat di musim hujan. Bencana saat ini bahkan tak mengenal waktu dan wilayah. Sejumlah kawasan di Kabupaten Semarang yang merupakan dataran tinggi pun bisa dilanda banjir.


“Kawasan yang semula tidak pernah ada kejadian bencana, dan tidak pernah diperkirakan ternyata terjadi bencana banjir. Seperti banjir di Bandungan dan Sumowono, dataran tinggi tapi bisa banjir,” kata Bambang yang hadir virtual dalam Sosialisasi Non Perda “Antisipasi Bencana saat Cuaca Ekstrim” yang digelar di Aula Balai Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Rabu (9/11/2022).
Plt Kalakhar BPBD Kabupaten Semarang Seno Wibowo meminta desa menganggarkan Dana Tak Terduga (DTT) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dana tersebut untuk penanganan bencana yang di titik yang menjadi kewenangan desa.
“Misalnya ada longsor di jalan desa yang menjadi kewenangan desa, jangan hanya menganggarkan Rp 10 juta. Ini untuk tanggap darurat,” ujarnya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.
Dia menambahkan, Pemkab Semarang telah menyediakan dana bantuan sosial (bansos) bagi warga yang tertimpa bencana. Dengan catatan yang bisa mendapatkan bansos adalah kerusakan pada rumah. Besarnya bantuan disesuaikan dengan kategori kerusakan yaitu rusak ringan, sedang, dan berat.
“Kemarin banyak yang masukkan kerusakan kandang dan kios. Tapi yang bisa dapat bantuan hanya rumah yang rusak,” tandasnya.
Plt Camat Bandungan Suharnoto mengatakan, Kecamatan Bandungan terdiri dari 9 desa dan satu kelurahan. Wilayah tersebut masuk kategori rawan bencana karena berada di perbukitan. Bahkan bencana banjir di Bandungan beberapa waktu lalu mengakibatkan seorang mahasiswa meninggal dunia.
Dia mengungkapkan, sejumlah upaya sudah dilakukan pihaknya untuk antisipasi bencana. Diantaranya sosialisasi dan peringatan dini terhadap bahaya bencana alam baik dalam pertemuan maupun via medsos, memberikan imbauan kepada warga di sekitar lokasi rawan bencana, dan sosialisasi jalur evakuasi serta titik kumpul saat terjadi bencana.
“Selain itu kami juga menyiapkan posko di kecamatan, melakukan pemantauan ke lapangan, menggelar pelatihan kader linmas untuk tanggap bencana, serta membuat peta rawan bencana,” paparnya.
Kades Jetis Sevlend Cahyo Widi menegaskan, perlu kesadaran bersama untuk antisipasi terjadinya bencana. Salah satunya dengan menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. Diantaranya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan pembangunan yang ramah lingkungan.
“Bencana yang paling rawan di Bandungan ini adalah tanah longsor. Mudah-mudahan ke depan ada tindakan antisipasi dan penanganan jika terjadi bencana,” ujarnya. (adv)
editor: ricky fitriyanto