JAKARTA, 20/10 (beritajateng.net) – PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) melaporkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan. Seperti yang dilaporkan Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,03 persen year-on-year (yoy) per Mei 2022.
Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimis. Hal ini terlihat dari segmen korporasi meningkat sebesar 22 persen (yoy) dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen (yoy), sehingga total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Juni 2022 mengalami peningkatan sebesar 10 persen (yoy) ke posisi Rp149,26 triliun.
Bank BTPN juga mencatatkan peningkatan aset sebesar 11 persen (yoy), dari Rp175,93 triliun menjadi Rp195,47 triliun pada Triwulan II 2022.
“Bank BTPN berhasil menunjukkan kinerja baik sepanjang semester-I tahun ini. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi kami yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional,” kata Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar, belum lama ini.
Bank BTPN mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada di level 1,35 persen. Jumlah otu menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,04 persen pada akhir Mei 2022.
Bank BTPN mengoptimalkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas Bank, sehingga DPK Bank BTPN tercatat meningkat sebesar 7 persen (yoy) dari Rp96,64 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp103,17 triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini disebabkan meningkatnya saldo Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen (yoy) dari Rp28,28 triliun menjadi Rp38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar 6 persen (yoy) menjadi Rp64,24 triliun.
Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.
Sementara itu, laba bersih setelah pajak Bank BTPN (konsolidasi) yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir Triwulan II 2022 tercatat di angka Rp1.675 miliar, naik 2 persen (yoy) dari Rp1.641 miliar. Hal ini disebabkan oleh penurunan beban bunga sebesar 9 persen (yoy) serta peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen (yoy), meskipun biaya operasional sedikit meningkat sebesar 2 persen (yoy) dari Rp3,44 triliun ke Rp3,50 triliun.
“Bank BTPN terus memantau kualitas kredit nasabah, mengelola restrukturisasi kredit, dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit, tercatat penambahan biaya kredit sebesar 6 persen menjadi Rp740 miliar,” ujarnya.
Di tengah kondisi pandemi yang makin membaik, Bank BTPN berhasil meningkatkan pendapatan bunga bersih sebesar 2 persen (yoy) menjadi Rp5,72 triliun pada paruh pertama tahun ini, dari Rp5,59 triliun. Peningkatan ini dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit dan penurunan beban bunga sebesar 9 persen (yoy) menjadi Rp1.704 miliar dari Rp1.879 miliar dengan meningkatnya saldo CASA serta menurunnya suku bunga time deposit, namun di sisi yield terjadi penurunan sehingga berdampak pada lebih rendahnya NIM dari 6,76 persen pada triwulan II 2021 menjadi 6,34 persen pada triwulan II 2022.
Bank BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 181,3 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 121,3 persen pada posisi 30 Juni 2022. Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 25,2 persen.
Melalui visinya untuk menjadi bank pilihan utama di Indonesia, yang dapat memberikan perubahan berarti dalam kehidupan jutaan orang, terutama dengan dukungan teknologi digital, Bank BTPN terus mengembangkan Jenius, pionir digital banking di Indonesia guna melayani segmen nasabah yang lebih luas.
Jenius melaporkan pertumbuhan registered user sebesar 19 persen (yoy), dari 3.345.061 per Juni 2021 menjadi 3.995.013 di periode yang sama tahun ini. Funding balance/DPK yang dikelola Jenius juga menunjukkan kenaikan sebesar 12 persen (yoy) menjadi 17,3 triliun dari 15,4 triliun di akhir Juni 2022. Flexi cash/Total Disbursement Credit yang disalurkan mencapai 602 miliar atau naik 148 persen (yoy) dari 243 miliar. (*)
editor: ricky fitriyanto