SALATIGA, 12/12 (beritajateng.net) – Pemilu serentak akan berlangsung 14 Februari 2024. Hajatan politik ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk menyalurkan hak pilihnya, baik untuk DPR, DPRD, Kepala Daerah, maupun Presiden. Masyarakat diajak mengambil peran dalam menjaga dinamika Pemilu.
Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto mengungkapkan, Pemilu nanti berpotensi dihadapkan dengan titik rawan berupa politik suku agama ras antargolongan (SARA), politik identitas, hingga maraknya hoaks.


“Menjelang Pemilu 2024 suhu politik makin memanas. Tak heran banyak pihak khawatir akan terjadi polarisasi di masyarakat seperti pada Pemilu 2014 dan 2019. Apalagi di dunia maya terjadi perang narasi, perang konten yang memanas antar para pendukung capres,” kata Bambang saat hadir secara virtual dalam Sosialisasi Non Perda “Penguatan Peran Masyarakat dalam Bidang Politik Jelang Pemilu” yang digelar di Balai Pertemuan Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jumat (9/12/2022).
Ketua DPRD Kota Salatiga Dance Ishak Palit mengajak semua pihak untuk menahan diri. Dia meminta masyarakat ikut menjaga iklim sejuk jelang tahun politik. Lebih lanjut Dance menjelaskan, masyarakat perlu berpartisipasi aktif dalam Pemilu. Sebab hasil pemilu akan menentukan nasib bangsa ke depan.
“Masyarakat perlu berpartisipasi dalam pemilu dengan memilih calon-calon pemimpin yang memiliki kapasitas dan bisa memperjuangkan kepentingan rakyat,” ujarnya dalam acara yang dimoderatori Nurkholis tersebut.
Dia juga meminta masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah terprovokasi dan menyebarkan informasi yang belum tentu benar. Sebab tak jarang informasi yang beredar sudah dibumbui persepsi. Sehingga bukan tidak mungkin politik identitas kembali dimainkan. Agar tak termakan hoaks, dia meminta masyarakat mengecek dulu kebenaran sebuah informasi. Jangan mudah terjebak akan narasi yang belum dipastikan kebenarannya
Wakil Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jateng Bagus Suryokusumo mengatakan, menjaga iklim sejuk pada tahun politik sangatlah penting. Sebab berbeda pilihan politik bukan berarti harus menciderai nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Dia menekankan, kehidupan bermasyarakat tetap harus berjalan harmonis meski berbeda pilihan politik.
“Perlu adanya saling menghormati, menghargai dan membuat tatanan sejuk. Monggo pilihan menjadi hak individu masing-masing. Namun yang terpenting tetap jaga persatuan dan kesatuan,” ujarnya.
Bagus juga meminta masyarakat tak mengangkat isu-isu sensitif terkait SARA. Terlebih untuk mendiskreditkan pilihan lain sehingga dapat menyulut perpecahan. Karena itulah yang perlu dilakukan sekarang ini adalah membangun sikap toleransi dan kebersamaan. (adv)
editor: ricky fitriyanto