13 September ini, duapuluh tiga tahun lalu, Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, goncang oleh bom.
Kejadiannya Rabu sore, 13 September 2000, pukul 15.17 WIB.
Peristiwa tragis yang mengejutkan warga Ibu Kota itu terjadi persis sehari menjelang persidangan Presiden Kedua RI Soeharto.
Waktu itu masih ramai dan para pekerja masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Keadaan tenang itu tiba-tiba berubah mencekam.
Karyawan di Gedung BEJ dengan 31 lantai itu langsung berlarian untuk menyelamatkan diri.
Atas kejadian bom tersebut sebanyak 10 orang tewas dan dikabarkan hampir 90-an orang terluka akibat ledakan.
Ada yang tewas di lokasi, ada pula yang di rumah sakit. Korban tewas akibat luka bakar, menghirup asap, dan tersengat udara panas.
Sejumlah korban tewas itu ditemukan di dalam kendaraan yang terparkir, sebagian lainnya tergeletak di lantai.
Ledakan tersebut berasal dari bom di dalam mobil Toyota Corona Mark II nopol B 2676 WL di lantai parkir bawah tanah P2 yang saat itu dipadati sekitar 400 kendaraan.
Pada hari itu, sejak pukul 10.00 WIB listrik sering mati. Pemadaman listrik di gedung BEJ terjadi hingga 8 kali.
Pelakunya Tengku Ismuhadi Jafar, Irwan alis Irfan, Ibrahim Hasan, Iswadi H Jamil, Ibrahim AMD bin Abdul Wahab dan Nuryadin.
Ismuhadi merupakan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) disebut-sebut sebagai otak pelaku pengeboman.
Lokasi perakitan bom di bengkel milik Ismuhadi di Krung Baro, Ciganjur, Jakarta Selatan.
Bom tersebut dirakit oleh dua anggota TNI, yaitu Serda Irwan dan Praka Ibrahim Hasan.
Selanjutnya bom dengan bahan peledak TNT dan RDX dioperasikan oleh Irwan dan Ismuhadi.(sidoarjokini)